Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan sebagai Dasar dalam Pembentukan Karakter Berkualitas Bangsa
Pendahuluan
Sebelum membahas tentang isi dari judul essai yang penulis pilih, sebelumnya penulis akan memaparkan mengenai posisi pendidikan Indonesia di mata dunia. Salah satu artikel di BBC Indonesia yang bertajuk, "Asia peringkat tertinggi sekolah global, Indonesia nomor 69". Didalam artikel tersebut dipaparkan mengenai beberapa negara Asia yang menduduki peringkat lima teratas di antaranya: Singapura, Hogkong, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang. Sementara Indonesia menduduki posisi 69 dari 76 negara. Harus diakui memang bahwa ada hubungan yang cukup signifikan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Dijelaskan lebih lanjut oleh Erick Hanushek dari Universitas Stanford dan Ludger Woessnan dari Universitas Muenchen bahwa standar pendidikan merupakan alat prediksi bagi kesejahteraan jangka panjang suatu negara.
Sebelum membahas tentang isi dari judul essai yang penulis pilih, sebelumnya penulis akan memaparkan mengenai posisi pendidikan Indonesia di mata dunia. Salah satu artikel di BBC Indonesia yang bertajuk, "Asia peringkat tertinggi sekolah global, Indonesia nomor 69". Didalam artikel tersebut dipaparkan mengenai beberapa negara Asia yang menduduki peringkat lima teratas di antaranya: Singapura, Hogkong, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang. Sementara Indonesia menduduki posisi 69 dari 76 negara. Harus diakui memang bahwa ada hubungan yang cukup signifikan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Dijelaskan lebih lanjut oleh Erick Hanushek dari Universitas Stanford dan Ludger Woessnan dari Universitas Muenchen bahwa standar pendidikan merupakan alat prediksi bagi kesejahteraan jangka panjang suatu negara.
Dunia
Pendidikan dan Masalahnya
Ada satu kata bijak, "ilmu
tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu lumpuh". Nah, kaitannya dengan
pendidikan di Indonesia saat ini adalah banyak para sarjana namun banyak juga pengangguran,
pejabat tinggi sudah taka sing dengan korupsi. Seperti tidak malu menyakiti saudara sendiri. Karena fungsi dari
pendidikan saat ini adalah hanya sebatas mengajarkan peserta didik untuk pintar
dalam hal ilmu pengetahuan saja.
Lalu pertanyaannya, "apa
bedanya bersekolah tinggi-tinggi toh kelakuannya seperti mereka yang bahkan tidak
mengenyam bangku sekolah?" Begitulah
kiranya pendapat dari kaum awam yang sebenarnya memandang pendidikan dari
sebelah mata. Padahal melalui pendidikan di sekolah-lah seseorang akan mengenal
pribadinya bahkan dunia yang belum pernah dikenalnya sekalipun. Bisa saja
peserta didik diajarkan untuk bermimpi dan meraihnya tidak hanya tahu bagaimana
mendapat nilai sempurna dengan hasil mencontek. Masalah lain terkait
dalam dunia pendidikan di antaranya: seorang pengajar lebih menitikberatkan
peserta didiknya untuk bekerja bukan menciptakan lapangan pekerjaan.
Selain itu, berkaitan dengan mutu pendidikan, minimnya kesejahteraan para guru, kurang lengkapnya sarana penunjang pendidikan membuat sulitnya satu daerah bersaing dengan daerah lain yang sudah tergolong maju, mahalnya biaya pendidikan membuat satu kelompok mengubur dalam-dalam mimpinya untuk berpendidikan tinggi. Sementara di sini penulis akan menitikberatkan bahwa sekolah adalah lokasi penting di mana National Builders Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing di tingkat internasional. Menurut Sekretaris Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, Meter. Eng, Sc berdasarkan data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak tiap-tiap tahun tak mampu menyambung pendidikan. Hal ini disebabkan tiga faktor, di antaranya aspek ekonomi, anak – anak terpaksa bekerja untuk beri dukungan ekonomi keluarga & pernikahan di umur dini. Dalam laporan pada Acara Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati posisi 121 dari 185 negeri dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka nol,629. Bersama angka itu Indonesia tertinggal dari dua negeri tetangga ASEAN yakni Malaysia (peringkat 64) & Singapura (18), sedangkan IPM di kawasan Asia Pasifik yaitu nol, 683.
Selain itu, berkaitan dengan mutu pendidikan, minimnya kesejahteraan para guru, kurang lengkapnya sarana penunjang pendidikan membuat sulitnya satu daerah bersaing dengan daerah lain yang sudah tergolong maju, mahalnya biaya pendidikan membuat satu kelompok mengubur dalam-dalam mimpinya untuk berpendidikan tinggi. Sementara di sini penulis akan menitikberatkan bahwa sekolah adalah lokasi penting di mana National Builders Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing di tingkat internasional. Menurut Sekretaris Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, Meter. Eng, Sc berdasarkan data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak tiap-tiap tahun tak mampu menyambung pendidikan. Hal ini disebabkan tiga faktor, di antaranya aspek ekonomi, anak – anak terpaksa bekerja untuk beri dukungan ekonomi keluarga & pernikahan di umur dini. Dalam laporan pada Acara Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati posisi 121 dari 185 negeri dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka nol,629. Bersama angka itu Indonesia tertinggal dari dua negeri tetangga ASEAN yakni Malaysia (peringkat 64) & Singapura (18), sedangkan IPM di kawasan Asia Pasifik yaitu nol, 683.
Berdasarkan data diatas yang mana kita ketahui juga
bahwa dua negara tersebut sudah tidak
diragukan lagi keberadaannya dalam bidang perekonomiaan untuk ruang lingkup
ASEAN. Satu poin penting adalah karena pendidikan di dua negara tersebur
benar-benar diutamakan. Nah, jika saja persentasi dari mereka yang tidak dapat
melanjutkan pendidikan di negeri ini bisa dikurangi, maka tidak menutup
kemungkinan bahwa perekonomian negara kita juga akan meningkat. Bukankah memang
dibutuhkan para agent of change saat
ini demi menghadapi persaingan global yang terdekat MEA akhir tahun ini.
Pendidikan
Karakter dan penerapannya
Alangkah baiknya penulis menjelaskan terlebih
dahulu mengenai arti pendidikan dan karakter serta pendidikan karakter itu
sendiri. Menurut KBBI, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan
mendidik. Saat tiap
manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan
memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah karakter. Karakter berbeda dengan kepribadian (personality) di antaranya koleris, sanguinis, plegmatis, dan
melankolis. Di mana setiap manusia terlahir dengan takdir kepribadiannya
masing-masing sementara karakter bisa diciptakan dan diubah.
Apa itu pendidikan karakter?
Pendidikan
karakter yakni pendidikan yang menekankan pada pembentukan
nilai-nilai karakter pada anak didik. Pencetus dari pendidikan karakter ini
yaitu seorang pedagog Jerman, FW Foerster (1869-1966) yang merupakan reaksi
atas kejumudan pedagogi natural Roussaeauian dan instrumentalisasi pedagogis
Dewayan. FW Foerster (dalam Doni Koesoen) mengemukakan empat hal tentang pendidikan
karakter di antaranya: Pertama: keteraturan interior di mana setiap tindakan
diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
Kedua: koherensi yang memberi
keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing
pada situasi baru atau takut risiko. Ketiga: Otonomi. Di situ seseorang
menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi.
Keempat: Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingin apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi pengormatan atas komitmen yang dipilih.
Keempat: Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingin apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi pengormatan atas komitmen yang dipilih.
Untuk di
Indonesia sendiri kita mempunya tokoh pendiri pendidikan karakter yaitu Ratna
Megawati (Ratna) melalui lembaga yang dipimpinnya Institut Pengembangan
Pendidikan Holistik Indonesia Heritage Foundation dan sekarang beliau aktif
menyebarluaskan model pendidikan anak berkarakter yang dinamai Semai Benih
Bangsa (SBB) untuk penduduk miskin, dan
mengelola sekolah percontohan untuk pendidikan karakter usia dini, yakni TK
Karakter di Cimanggis Bogor.
The great hope of society is
individual character (Lord Channing).
Suatu bangsa akan berkembang dengan baik terlihat dari kualitas karakter
masing-masing individu. Karakter
tiap individu bisa dikembangkan di lingkungan pertama yaitu keluarga. Keluarga
mempunyai peranan sangat penting dalam berkembangnya karakter seseorang.
Dari
beberapa pembahasa diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan seimbangnya
antara aspek pendidikan kognitif dengan pendidikan karakter. Maka peserta didik tidak hanya pintar dalam hal ilmu pengetahuan tapi mereka juga mementingkan untuk
menumbuhkan karakter mereka sendiri. Karena karakter suatu bangsa bisa terlihat
dari karakter warganya sendiri. Sudah saatnya pemuda bangkit dan berpikiran
untuk mengurangi penyebab dari minimnya keinginan untuk berpendidikan tinggi,
atau setidaknya membuat pola pikir untuk menciptakan, memberi peluang,
memikirkan ide-ide untuk mengubah bangsa. Karena kaum muda-lah yang biasa
mempunyai semangat menggebu untuk melakukan dan mengubah sesuatu.
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya.
Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”, bung Karno
Artikel ini saya ikutkan dalam Lomba Menulis Esai Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di India
Komentar
Posting Komentar