Perempuan, Hijab, dan Profesi Keluar dari Pasungan atau Menaati Kodrat?
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." Q.S Al Ahzab (33): 59
Hijab dan profesi, dua hal yang
bisa saling berkaitan keberadaannya di masa kini. Dengan mudahnya kita menemui
beragam profesi perempuan berhijab maupun tak, di lain sisi ada perempuan yang
sedang berjuang di negara tetangga sebagai pahlawan devisa. Dengan siksaan
fisik maupun psikis yang mereka terima. Lalu, apa sebenarnya yang harus
dilakukan perempuan? Pantaskah kita menjadi bagian dari pembangunan bangsa atau
jalani saja takdir kita yang hanya terpaku pada dapur, kasur, dan sumur?
Sebagian orang yang tinggal jauh
dari hingar bingar perkotaan bisa saja berpendapat jalani saja kodrat sebagai
perempuan. Namun seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan yang ada,
perempuan juga harus beraktualisasi, beradaptasi dengan perubahan dan pola
pikir perempuan masa kini. Masih ingat dengan perjuangan R.A. Kartini tentang
emansipasi. Perjuangan beliau mengangkat derajat kaum hawa setara dengan
laki-laki. Nah, aktualisasinya bisa kita temui saat ini. Lambat laun pemikiran
wanita sebagai makhluk lemah mulai pudar, dan sekarang berhak menjadi pemimpin
dan menerima pekerjaan apapun.
"Perempuan tak cuma berhak memperoleh kesehatan dan kehidupan yang
layak, tapi juga mempunyai hak peran penting di lingkungannya", Cherie
Blair, pengacara & istri Perdana Menteri Inggris, Tony Blair.
Perdagangan bebas, hadirnya
teknologi komunikasi yang mahadahsyat dan keterbukaan gelombang informasi
adalah salah satu penyebab dari ketidakmungkinan memasung kaum hawa itu dalam
kungkungan rumah tangga. Perempuan kini dituntut memberdayakan potensi dirinya,
mewujudkan need of achievement
(kebutuhan akan prestasi), dan mengaktualisasikan motivasi intelektualnya. Jika
dikatakan bahwa perempuan hanyalah setingkat lebih rendah daripada laki-laki,
katakan salah. Perempuan yang kita temui kini bukan sekadar agen, tetapi
penggerak pembangunan. Di mana kaum perempuan sebagai pendorong pembangunan,
maka disitulah pembangunan akan berjalan. Jadi, jangan katakan pantas atau
tidak pantasnya seorang perempuan memegang peranan penting satu negara, kalau
perempuan jadi agen pembangunan, jadi penggerak pembangunan, maka di negeri
itulah bergerak pembangunan. Melalui potensi dan karakter unik yang berbeda
dengan laki-laki, perempuan sangat dibutuhkan dalam mendorong pembangunan. Mahatma Gandhi (dalam Sarinah) berkata,
"banyak sekali pergerakan-pergerakan
kita kandas di tengah jalan, oleh karena ketiadaan perempuan didalamnya."
Peran Perempuan dalam
Pembangunan Ekonomi dan Karakter Bangsa memiliki tiga kata kunci, yaitu peran
perempuan, ekonomi, dan karakter bangsa.Perempuan dan laki-laki mempunyai
kedudukan dan hak yang sama di muka hukum serta hak dan peran yang sama untuk
berekspresi dan bekerja dimanapun dia berada dan berhak mendapatkan
perlindungan sebagai warga negara. Secara teoritis tiga peran utama perempuan
di Indonesia adalah peran reproduktif dimana fungsi perempuan yang dapat hamil,
melahirkan, menyusui, dan merawat anak didalam
keluarga. Kedua, peran produktif dimana perempuan melakukan karya-karya
produktif dengan berbagai profesi yang menghasilkan, baik jasa maupun
pendapatan. Dan yang ketiga adalah peran sosial yaitu peran sosial perempuan
yang banyak dilakukan untuk membantu masyarakat setempat tanpa imbalan atau
gratis.
Wanita harus semakin empowered agar memiliki bargaining position yang dapat meningkatkan jejaring pergaulan dan kepercayaan diri serta kemandirian di bidang ekonomi. Terkait dengan peran perempuan/ibu di dalam pembangunan karakter bangsa, maka perannya juga menjadi krusial mengingat dewasa ini dengan adanya borderless world dari sisi teknologi, komunikasi, dan informasi yang kemudian masuk kedalam keluarga.
Wanita harus semakin empowered agar memiliki bargaining position yang dapat meningkatkan jejaring pergaulan dan kepercayaan diri serta kemandirian di bidang ekonomi. Terkait dengan peran perempuan/ibu di dalam pembangunan karakter bangsa, maka perannya juga menjadi krusial mengingat dewasa ini dengan adanya borderless world dari sisi teknologi, komunikasi, dan informasi yang kemudian masuk kedalam keluarga.
Eksistensi perempuan hijabers di
dunia pekerjaan tidak diragukan lagi. Tuntutan kewajiban untuk menutup aurat
dan tuntutan pekerjaan untuk selalu memberikan hasil
yang baik, menjadi dua alasan paling kongkrit untuk menyadari peran penting aksi perempuan dalam pembangunan. Berbagai kontes yang menyarankan perempuan tidak hanya cantik secara fisik juga inner beauty, pintar juga berhijab menambah deretan perempuan yang siap bersaing secara nasional dan global, menjadi penggerak pembangunan bangsa. Beberapa profesi wanita berhijab lain yang menantang juga menambah deretan panjang daftar nama-nama tokoh penerus emansipasi. Neta Amalia, wanita berhijab yang merupakan Insinyur Struktur Pesawat asal Bandung yang bekerja di perusahaan Briston, Inggris menjadi satu dari sekian banyak wanita Indonesia yang telah membuktikan dirinya mampu bersaing di kancah internasional dengan hijabnya. Beberapa artis yang memilih untuk berhijab, seperti Terry Putri yang baru-baru ini menjadi perbincangan public karena hijrahnya. Untuk penulis sendiri, Asma Nadia penulis dari 50 buku, jilbab traveler 60 negara, dan pembicara 5 benua ini telah membuktikan bahwa hijab bukan salah satu alasan untuk berprestasi dan berkarier.
yang baik, menjadi dua alasan paling kongkrit untuk menyadari peran penting aksi perempuan dalam pembangunan. Berbagai kontes yang menyarankan perempuan tidak hanya cantik secara fisik juga inner beauty, pintar juga berhijab menambah deretan perempuan yang siap bersaing secara nasional dan global, menjadi penggerak pembangunan bangsa. Beberapa profesi wanita berhijab lain yang menantang juga menambah deretan panjang daftar nama-nama tokoh penerus emansipasi. Neta Amalia, wanita berhijab yang merupakan Insinyur Struktur Pesawat asal Bandung yang bekerja di perusahaan Briston, Inggris menjadi satu dari sekian banyak wanita Indonesia yang telah membuktikan dirinya mampu bersaing di kancah internasional dengan hijabnya. Beberapa artis yang memilih untuk berhijab, seperti Terry Putri yang baru-baru ini menjadi perbincangan public karena hijrahnya. Untuk penulis sendiri, Asma Nadia penulis dari 50 buku, jilbab traveler 60 negara, dan pembicara 5 benua ini telah membuktikan bahwa hijab bukan salah satu alasan untuk berprestasi dan berkarier.
Beragam profesi bisa dengan
mudahnya ditemui tanpa pandang si pelamar berhijab ataupun tidak. Pihak
perusahaan pun tidak sepatutnya berlaku diskriminasi terhadap pekerja atas
dasar agama. Seperti menurut pasal 5 dan
pasal 6 UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
Pasal 5
Setiap
tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
pekerjaan
Pasal 6
Setiap
pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sana tanpa diskriminasi dari
pengusaha
Atas
dasar tersebut, maka jangan takut untuk hijrah dan istiqomah dalam berhijab.
Tunjukkan bahwa perempuan bisa juga bersaing dengan laki-laki. Tunjukkan bahwa perempuan bukan sekadar makhluk lemah yang harus hidup dengan mengikuti kodratnya. Telah banyak contoh hijabers yang sukses dibidangnya. Lalu, siapa selanjutnya? Anda.
Tunjukkan bahwa perempuan bisa juga bersaing dengan laki-laki. Tunjukkan bahwa perempuan bukan sekadar makhluk lemah yang harus hidup dengan mengikuti kodratnya. Telah banyak contoh hijabers yang sukses dibidangnya. Lalu, siapa selanjutnya? Anda.
Referensi:
diakses
pada 24 Juni 2015, pukul 23.22 WIB
diakses
pada 24 Juni 2015, pukul 23.36 WIB
diakses
pada 25 Juni 2015, pukul 05.04 WIB
diakses
pada 25 Juni 2015, pukul 05.18 WIB
Artikel ini saya ikutkan dalam Lomba Menulis Artikel Salman ITB 2015
Komentar
Posting Komentar