'Bahasa dan Konformitas': Meminimalisasi Cederanya Bahasa



Seperti kita ketahui bahasa telah memiliki fungsi universal sebagai alat komunikasi. Di mana bahasa mampu menjadi alat berlangsungnya kegiatan sehari-hari antara satu orang dengan seseorang lain atau sekelompok orang dengan orang lain. Fungsi lainnya, bahasa sebagai alat komunikasi paling utama bahkan terbagi menjadi beberapa bagian yakni bahasa lisan, tulisan, dan tubuh. Bahasa juga sebagai pembeda, di mana antara satu daerah atau satu negara bisa dengan jelas dicirikan karena bahasa yang mereka digunakan.

Kalau tidak mengerti bahasa gaul berarti tidak gaul?
Selain itu bahasa mempunyai fungsi ekspresif, estetis, informatif, dan fungsional. Dewasa ini bahasa resmi atau baku seolah dilupakan oleh kalangan pengguna social media. Idealnya mereka berpikir, "ini bukan acara resmi, buat apa 'pake' bahasa resmi-resmian segala". Sebenarnya aktualisasi dari penggunaan bahasa yakni berada pada waktu dan tempat serta orang yang diajak berbicara. Namun yang penulis temui bahwa social media kini menjadi sarana untuk membentuk sendiri komunitas gaul di antara sesama penggunanya, kalau tidak mengerti bahasa gaul berarti tidak gaul, inilah yang ke depannya disebut konformitas.

Konformitas di kalangan pengguna sosial media kian merajalela. Ditambah dengan penggunaan bahasa yang tidak memenuhi standar baku juga tidak memenuhi kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dengan benar. Masalah utamanya adalah social media merupakan tempat bersosialisasi kedua setelah dunia nyata. Bahkan keberadaannya kedepan bisa menggantikan dunia nyata dengan segala kepraktisan yang ada. Lihatlah, sekarang pengguna smartphone yang mendukung peranan berbagai aplikasi sosial media tidak dapat dihitung lagi. Keberadaan smartphone bukan lagi barang mewah di mana bisa menentukan tingkat strata seseorang. Namun social media dengan segala keterbatasan penggunaan karakter yang ada membuat penggunanya mulai menyingkat huruf untuk memposting sesuatu contohnya Twitter. Apalagi jika mention seseorang, seperti ada yang kurang jika tidak menggunakan bahasa yang dikatakan gaul itu. Mungkin bagi seseorang yang berada di lingkaran yang diikutinya bisa saja mengerti apa yang dibicarakan, yang sering terlupakan adalah bahwa ada seseorang lain yang mungkin saja setiap harinya stalking dinding kita. Tentu bahasa yang digunakan akan terlihat seperti sandi yang hanya dimengerti oleh mereka yang membuat percakapan.

Media sosial merupakan salah satu hal yang akan mencederai bahasa. Di mana segala aktivitas atau tren masa kini dengan mudahnya tersebar melalui bantuan aplikasi yang ada. Bisa saja dimaklumi jika penggunanya memang tidak mengerti kaidah berbahasa yang baik. Namun jika pengguna tersebut berasal dari latar belakang pendidikan berbahasa yang karenanya telah mengetahui bagaimana berbahasa yang baik dan benar, sungguh ironi hal ini.

Apa yang bisa kita lakukan?
Ada beberapa hal salah satunya yaitu memberi pengertian pada mereka yang tidak atau kurang memahami bagaimana berbahasa yang baik dan benar. Fungsi dan penggunaan bahasa yang sebenarnya seperti apa. Lalu, tunjukkan sikap cinta bahasa sendiri. Tidak perlu muluk-muluk, biasakan untuk tidak menyingkat kata atau menggunakan bahasa alay yang akan menjadi penyebab cederanya bahasa. Terakhir, mulailah dari diri sendiri. Cedera bahasa tidak dapat dicegah , namun bisa saja diminimalisir. Harus ada kesadaran dari penggunanya. Siapa? yaa kita.

Untuk eksis tidak harus dengan mencederai bahasa Indonesia. Bisa dengan jalan lain contohnya tunjukkan prestasi yang berkaitan dengan bahasa misalnya dengan mengikuti berbagai lomba kepenulisan seperti yang penulis lakukan, biasanya di setiap perlombaan menulis dari pihak panitia sendiri sudah menentukan bagaimana syarat dan ketentuan perlombaan, seperti jenis huruf, ukuran huruf, hingga criteria penilaian yang biasanya merujuk pada kesesuaian dengan tema yang ditentukan, diksi yang menarik dan EYD yang baik. Dengan cara ini penulis beranggapan dapat membantu meminimalisir cederanya suatu bahasa.

Untuk gaul tidak harus mencederai bahasa. Bisa dengan jalan lain. Ada beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir cederanya suatu bahasa yakni:
1.  Menjadikan Lembaga Pendidkkan sebagai basis pembinaan bahasa
2.  Perlunya pemahaman terhada
p bahasa Indonesia yang baik dan benar
3.  Diperlukan adanya Undang Undang kebahasaan
4.  Peran variasi bahasa dan penggunaannu.
5.  Menjunjung bahasa Indonesia di negeri sendiri


Sudah pahamkan bagaimana bahasa berpengaruh terhadap jati diri seseorang hingga bangsa yang kita tempati. Kaitannya dengan negara, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional negara kita. Lalu pertanyaannya, apakah kita akan bersedia mencederai bangsa kita sendiri?


***
Tulisan ini adalah esai saya untuk Pemilihan Duta Bahasa Provinsi Jawa Barat

Komentar

  1. Use this diet hack to drop 2 lb of fat in just 8 hours

    At least 160 thousand men and women are losing weight with a easy and secret "water hack" to drop 2 lbs each night as they sleep.

    It's scientific and it works on anybody.

    Just follow these easy step:

    1) Grab a drinking glass and fill it half glass

    2) Then follow this awesome hack

    so you'll become 2 lbs skinnier when you wake up!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JOKOWI: THE KING OF LIP SERVICE: POSTER MEME BEM UI YANG MENDAPAT KECAMAN PEMERINTAH. FAKTANYA TENTANG BUALAN PRESIDEN RI

Prinsip Fair Trial dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan sebagai Dasar dalam Pembentukan Karakter Berkualitas Bangsa