SERIBU TOPENG
Aku mengatur lajuku semaumu.
Hingga
nafas berhenti berpacu.
Jemu
aku memandang bayangmu.
Bayang
tentang penantian yang tak berujung waktu.
Rajah
tak pernah berhenti kutulis
Prosa
tak bermakna nampak mengikis batu tulis
Debu-debu
jalanan hadir memekatkan wajahku
Aku
dalam penantian panjang menunggu jawabmu.
Sudah tiga malam berlaku dan aku masih berkutat dengan loyang berukuran 30x10x7 cm yang berisi adonan brownies melted, memasukkannya ke dalam oven, 45 menit kemudian baru dikeluarkan. Sudah 1.5 tahun ini aku menggeluti dunia perkulineran ini. Kunamai 'Afra Brownies' yang berarti Malam 13 Purnama. Dengan modal dua juta saja, uang pinjaman dari kakak pertamaku Wildan, mampu membalikkan modal dalam waktu tiga bulan kurang. Beberapa toko sudah tersebar di wilayah Cirebon, tepatnya di alun-alun, sebuah toko yang tak terlalu besar juga kecil di Plered. Beberapa di sudut kampus kenamaan Cirebon, daerah Ciledug, hingga Palimanan. Bahkan ada yang memesan lewat online, tapi aku hanya memastikan si pemesan berada di wilayah Ciayumajakuning, untuk menjaga kualitas brownies panggang yang kujual.
Dia masih
dengan dunianya. Agustus nanti ia akan di wisuda. Entah aku hadir atau tidak di
hari bersejarah kedua setelah hari kelahirannya itu. Aku sudah melupakan bahwa
kita pernah bersama. Dua Mei nanti ada carnaval
pendidikan di sini, bermula dari jalan Siliwangi berakhir di Stadion Bima. Para
peserta yang berasal dari siswa/i SD, SMP, SMA, mahasiswa, hingga para pendidik itu didanai
sepenuhnya oleh Disporbudpar (Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan
Pariwisata) kota Cirebon. Aku dan jajaran BEM Universitas dipercaya membantu
tugas panitia juga sebagai relawan dalam kegiatan ini. Ada banyak hal yang kami
persiapkan terutama tema kegiatan itu sendiri yaitu, "Melalui Peringatan Hari Pendidikan Nasional Kita Tingkatkan
Pemuda Kreatif Dengan Pola Pikir Inovatif".
Gita salah
satu teman kelas juga banyak membantu di Afra Brownies sedari tadi masih
berkutat dengan kalkulator dan coretannya. Ada pengeluaran tambahan yang harus
kami persiapkan menjelang karnaval itu selain untuk berjualan di Car Free Day Siliwangi besok. Mahasiswi
yang bercita-cita berkuliah di NTU
(Nanyang Technological University) Singapore ini sangat cekatan. Hampir
segala urusan keuangan kuamanahkan padanya.
"Zi, ada pemasukkan tambahan bulan ini. Gue berencana
untuk beli oven gas tambahan. Menurut lo gimana?” Yang
menjadi pertanyaanku hingga saat ini adalah kenapa alumni salah satu sekolah
bergengsi di Kuningan ini memilih
Cirebon sebagai tempatnya kuliah, tidak Bandung atau daerah Yogyakarta dengan
ikon Kota Pelajar. Jawabnya sih simple ketika ditanyai kenapa tidak coba SBMPTN
ke ITB, "kalo gue coba ke sana terus
lolos, gue ga bakal ketemu lo dan uang jajan tambahan yang bisa gue pake buat
beli barang yang gue mau. Tau sendiri orang tua gue disiplin banget urusan
duit, gue juga belajar banyak dari ini ternyata cari duit itu susahnya yaa begini
ini. Dan lo seharusnya tau Zia, kalo Cirebon bakal jadi kota metropolitan
menggantikan Jakarta beberapa tahun ke depan”.
"Boleh, Git. Kamu atur aja baiknya gimana. Aku ke kampus
sebentar ya". Kuslempangkan
ransel berwarna dusty pink. Melangkah
gontai menuju abang tukang becak yang memang tiap hari mangkal depan rumah
kontrakan yang sudah kutinggali selama kurang lebih dua tahun ini.
"Abang...!", cukup dengan panggilan dan lambaian tangan, si abang tukang becak paham. Meski radius yang jauh sekalipun. Aah ya, inilah manfaat mempelajari bahasa tubuh seseorang. Aku yang bercita-cita menjadi seorang psikolog ternyata cita-citaku tidak di-iyakan keluarga. Malam itu terbaca jelas di screen laptop pernyataan LULUS seleksi SNMPTN fakultas Psikologi UGM. Semalam aku menangis, bukan karena bahagia. Tapi nyatanya orang tuaku memilih untuk diam dan tak berkata.
Akreditasi kampus ini sudah menyamai UGM, Unpad, dan UI. Namun untuk urusan eksistensi ketiga kampus itu yang lebih dulu dilihat. Selebihnya aku hanya memasrahkan diri pada nasib. Semoga S2 nanti aku bisa pergi ke luar negeri. Belajar di sana dan kembali ke Indonesia.
"Abang...!", cukup dengan panggilan dan lambaian tangan, si abang tukang becak paham. Meski radius yang jauh sekalipun. Aah ya, inilah manfaat mempelajari bahasa tubuh seseorang. Aku yang bercita-cita menjadi seorang psikolog ternyata cita-citaku tidak di-iyakan keluarga. Malam itu terbaca jelas di screen laptop pernyataan LULUS seleksi SNMPTN fakultas Psikologi UGM. Semalam aku menangis, bukan karena bahagia. Tapi nyatanya orang tuaku memilih untuk diam dan tak berkata.
Akreditasi kampus ini sudah menyamai UGM, Unpad, dan UI. Namun untuk urusan eksistensi ketiga kampus itu yang lebih dulu dilihat. Selebihnya aku hanya memasrahkan diri pada nasib. Semoga S2 nanti aku bisa pergi ke luar negeri. Belajar di sana dan kembali ke Indonesia.
"Rahel, sore ini kita latihan kan?", Rahel yang memperhatikanku dari ujung jalan tadi
langsung kutanyai.
"Oh, iya tah?", mahasiswi ilmu komunikasi ini sempat menjuarai Lomba Debat
Bahasa Cirebon yang diadakan oleh Dinas Pendidikan kota Cirebon bulan lalu. Ia
menjadi juara pertamanya. Selain itu ia tergabung dalam Paguyuban Jaka Rara Kota
Cirebon dan yang lebih menariknya ia dikontrak RRI selama dua tahun untuk
menjadi penyiar di sana untuk program khusus berbahasa Inggris. Bagaimana tidak sang juara terpilih ini memang lihai
dalam urusan public speaking, cantik,
ia bukan seorang model namun smart
dan humble, juga sangat lihai dalam
menari topeng, pantas saja ia juga menjadi juara favoritnya. Brain, beauty, behaviour ia miliki
hampir tanpa cela. Beberapa bulan ke depan ia akan mewakili kota Cirebon untuk
berkompetisi dalam acara
Mojang Jajaka Jawa Barat. Ah, semoga kau menang dan bisa membawa harum kota
Cirebon dan menjadikannya sejajar dengan ibu kota lain di Indonesia.
"Iya. Tadi kak Wulan telpon. Makanya buru-buru ke sini. Kita diminta ke sanggar Sinau sore ini",
"Oke, Zi. Sekarang aja yuk. Nanti sore aku ada kumpulan dengan Jaka Rara jeh",
***
"Oke semuanya, saya dapat undangan resmi untuk acara carnaval hardiknas nanti, belum ada ide lain untuk itu. Barangkali ada ide dari kalian?", semua peserta yang duduk lesehan di sanggar nampak saling menatap satu sama lain. Sebuah tanda bahwa mereka tidak punya ide apapun dan kemungkinan terbesarnya mereka tidak ingin memikirkan apapun.
"Iya. Tadi kak Wulan telpon. Makanya buru-buru ke sini. Kita diminta ke sanggar Sinau sore ini",
"Oke, Zi. Sekarang aja yuk. Nanti sore aku ada kumpulan dengan Jaka Rara jeh",
***
"Oke semuanya, saya dapat undangan resmi untuk acara carnaval hardiknas nanti, belum ada ide lain untuk itu. Barangkali ada ide dari kalian?", semua peserta yang duduk lesehan di sanggar nampak saling menatap satu sama lain. Sebuah tanda bahwa mereka tidak punya ide apapun dan kemungkinan terbesarnya mereka tidak ingin memikirkan apapun.
"Kak, Wul saya ada ide"
"Oke, Zia. Ceritakan ide kamu"
"Bagaimna kalau kita berpakaian tari topeng. Lalu kita
buat topeng imitasi dari kain batik. Carnaval nanti pasti akan dihadiri oleh
ribuan warga. Kita angkat tema, ‘Seribu Topeng’. Kain batik bisa kita beli di
Plered dengan harga yang lebih murah jika membeli dalam jumlah banyak.
Pendanaan kita minta ke dinas"
"Apa ga ribet tah, Zi? Bikin topeng kan susah", Epri yang sedari tadi diam angkat bicara. Biasanya ia
yang menjadi rivalku dalam berdebat.
"Kakak
juga belum paham dengan maksud kata 'Seribu', itu berarti kita harus menyiapkan
penari sebanyak itu. Sementara anggota sanggar yang aktif tidak lebih dari
150." Kak Wulan
sarjana dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia yang cantik dan gemulai dalam menari
pun menimpali.
"Begini. Maksud dari kata Seribu itu bukan berarti kita harus menyiapkan seribu penari. Meskipun sekolah SMP, SMA kita di sini sudah menyediakan ekskul tari topeng tapi kita akan kerepotan nantinya dalam hal kostum. Topeng itu semacam topeng yang biasa dipakai acara Prom Night, Middle Night yang biasa mewajibkan memakai dress code dan topeng. Hanya topeng seperti itu yang kita bagikan pada warga sekitar. Sementara untuk formasinya. Cukup dibutuhkan dua orang yang berada di barisan depan, Rahel dan Kak Ali sebagai ikon duta pariwisata kota Cirebon juga melambangkan hari pendidikan Nasional. Lima orang yang berada di barisan kedua, kita bisa ambil anak SMP yang berpakaian tari topeng lengkap, menggambarkan bulan kelima (Mei). Barisan selanjutnya 20 orang dari anak SMA yang sama berpakaian tari topeng. Barisan terakhir dari kalangan mahasiswa berjumlah 15 orang. Dua barisan terakhir ini menggambarkan tahun dilaksanakannya kegiatan carnaval ini yaitu 2015", kugambarkan pola barisan di white board.
"Begini. Maksud dari kata Seribu itu bukan berarti kita harus menyiapkan seribu penari. Meskipun sekolah SMP, SMA kita di sini sudah menyediakan ekskul tari topeng tapi kita akan kerepotan nantinya dalam hal kostum. Topeng itu semacam topeng yang biasa dipakai acara Prom Night, Middle Night yang biasa mewajibkan memakai dress code dan topeng. Hanya topeng seperti itu yang kita bagikan pada warga sekitar. Sementara untuk formasinya. Cukup dibutuhkan dua orang yang berada di barisan depan, Rahel dan Kak Ali sebagai ikon duta pariwisata kota Cirebon juga melambangkan hari pendidikan Nasional. Lima orang yang berada di barisan kedua, kita bisa ambil anak SMP yang berpakaian tari topeng lengkap, menggambarkan bulan kelima (Mei). Barisan selanjutnya 20 orang dari anak SMA yang sama berpakaian tari topeng. Barisan terakhir dari kalangan mahasiswa berjumlah 15 orang. Dua barisan terakhir ini menggambarkan tahun dilaksanakannya kegiatan carnaval ini yaitu 2015", kugambarkan pola barisan di white board.
Semua yang hadir nampak hening. Lalu tepuk tangan
nampak riuh terdengar. Ideku diterima.
"Gue
gak pernah kepikiran sampai ke situ. Boleh juga Zia. Baru kali ini gue nyatakan
setuju dengan pendapat lo",
ujar Epri.
"Bagus,
Zi. Aku setuju. Nanti kamu tinggal bilang ke Kak Ali ya konsepnya", sambung Rahel.
"Ah, tidak. Jangan aku please. Kamu saja. Aku lagi ga akur", kujawab sekenanya. Padahal kenyataannya akulah yang tidak meng-akurkan diri dengannya.
"Ah, tidak. Jangan aku please. Kamu saja. Aku lagi ga akur", kujawab sekenanya. Padahal kenyataannya akulah yang tidak meng-akurkan diri dengannya.
"Sudah... Sudah... Biar kakak saja yang bicara ke Ali. Kamu fokus dengan kerjaanmu saja Zia. Besok kita jadi kan buka garasi di Card Free Day?", sambut kak Wulan, satu-satunya orang yang paling bijaksana di forum ini. Biasanya ada Kang Ugi. Dia sudah berpesan absen di rapat kali ini. Ada acara lain yaitu menjadi ketua pelaksana "CIREBON TEATER FESTIVAL" menanpilkan Teater-teater Cirebon, Majalengka, Bandung, Bogor, Jakarta, Nias. Acaranya berlangsung minggu depan.
***
Seminggu menuju hari H. Hampir 850 lebih topeng
yang sudah kami buat. Beberapa surat edaran sudah dibagikan ke beberapa
sekolah. Peserta carnaval pun sudah
kami seleksi. Selain mempunyai prestasi syarat lain harus mempunyai inner beauty. Tak masalah berkerudung
atau tidak. 21 pasang muda-mudi berprestasi kota Cirebon kini setiap harinya
berkumpul di kantor Disporbudpar. Membantu membuatkan konsep topeng, seminggu
sekali kami pergi ke sanggar Sinau untuk latihan menari dan fitting baju.
"Zi …
Zia… ada pesanan 250 kotak brownies ke Jakarta untuk hardiknas. Pemesannya
mention kakak, ternyata itu salah satu dosen kakak waktu kuliah dulu. Harga
berapapun katanya akan diambil. Tolong keep-kan dulu yaa ", kak Wulan tiba-tiba datang ke
ruangan sanggar saat aku tengah menggunting kain batik berpola topeng.
“Ahhh,
benarkah??? ...Alhamdulillah. Untuk di Gedung Negara yaa, Kak?", tanyaku tak percaya.
"Iyaa, Zi. Kamu urus dulu yaa
brownies nya. Nanti urusan ini biar kakak yang handle",
Gita memang pintar memperkirakan. Aku tak pernah menyangka akan mendapat
pesanan dalam jumlah banyak untuk hari yang sama. Untung saja Gita meminta
membeli oven baru. Ternyata ini maksudnya. Memang
setiap kejadian tak dapat diprediksi meskipun kita pandai membuka diri. Aku dan
Ali telah kembali, setidaknya kesalahpahaman di antara kita tak berujung
permusuhan. Ia sangat menghormatiku, peduli setiap kesibukanku. Aku juga
mendukung sepenuhnya masa depan dia, rencana dia untuk meneruskan studi ke luar
negeri, Australia. "Mumpung dapat
beasiswa", katanya sore itu.
***
Hari H pun tiba. Aku memfokuskan diri
pada barisan Seribu Topeng yang
kurencanakan. Aku membatalkan diri menjadi salah satu peserta dalam barisan Seribu Topeng meskipun ada beberapa
yang memintaku untuk turut serta. Alasan prestasi dan lain sebagainya.
Untungnya ada mahasiswa baru yang duduk di semester dua juga memiliki kriteria
yang sama. Kak Ali dan Rahel
berada di barisan terdepan. Membawa spanduk kebanggaan Paguyuban Jaka Rara kota
Cirebon. Rahel nampak cantik dari biasanya setelah di make-up dan kak Ali, ahh
dia memang selalu menarik perhatianku. Sejak awal perkenalan, sedari SMP kita
dekat. Hingga aku memutuskan untuk kuliah di universitas yang sama dengannya.
Ia terlihat berwibawa dari biasanya.
Barisan kedua adik-adik dari SMP yang ada di kota
Cirebon. Nampak seragam dengan pakaian tari topeng kelana. Barisan selnjutnya
ada adik-adik dari SMA berseragam pakaian tari topeng Samba. Terakhir, beberapa
rekan seperjuangan yang tersebar di wilayah Cirebon pun berpakaian yang sama.
Aku beserta 29 orang lainnya dengan berpakaian kain batik mega mendung bersiap
membagikan seribu topeng pada warga sekitar, sepanjang jalan Siliwangi hingga
stadion Bima karena di sana puncak acara akan dilaksanakan.
Barisan carnaval tidak hanya diisi oleh seribu topeng. Ada beberapa komunitas yang turut meramaikan, seperti pecintai hewan, scooter, bobotoh Persib, fotografer, dan barisan kreatifitas warga dipertunjukkan di karnaval ini, turut juga pecinta batu akik yang merupakan anggota dinas kota Cirebon. Beberapa wartawan dari pers kenamaan Cirebon pun turut serta memeriahkan acara ini seperti dari Radar Cirebon, Cirebon Trust, Fajar Cirebon, RCTv dan beberapa radio nampak meramaikan sepanjang jalanan. Ada pembagian koran gratis dari media massa tersebut. Beberapa voucher dari XL pun turut digratiskan dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Barisan carnaval tidak hanya diisi oleh seribu topeng. Ada beberapa komunitas yang turut meramaikan, seperti pecintai hewan, scooter, bobotoh Persib, fotografer, dan barisan kreatifitas warga dipertunjukkan di karnaval ini, turut juga pecinta batu akik yang merupakan anggota dinas kota Cirebon. Beberapa wartawan dari pers kenamaan Cirebon pun turut serta memeriahkan acara ini seperti dari Radar Cirebon, Cirebon Trust, Fajar Cirebon, RCTv dan beberapa radio nampak meramaikan sepanjang jalanan. Ada pembagian koran gratis dari media massa tersebut. Beberapa voucher dari XL pun turut digratiskan dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Sepanjang jalanan yang dilewati riuhan
warga hampir memekakkan telinga. Kebanyakan
mata tertuju pada Rahel dan kak Ali. Mereka memang pantas jadi pusat perhatian.
Sebentar lagi kami sampai di stadion kebanggaan kota Cirebon. Jalanan sepanjang
stadion Bima kini tidak lagi banjir kala hujan melanda. Lajur kanan dan kiri
jalan dipisahkan dengan taman hidup. Nampak bunga Lili, Mawar, dan Anggrek di
barisan depan. Barisan selanjutnya ada sayuran hidronopik, kemudian buah-buahan
yang bisa dipetik kapan pun warga Cirebon mau. Tidak ada tiket atau apapun
sebagai syaratnya. Hanya warga harus saling menjaga keindahan sepanjang jalanan
stadion Bima. Karena itu kini diberlakukan piket rutin oleh bapak walikota.
Pembagiannya bergiliran antar kecamatan. Warga pun turut serta memberikan
sumbangan pupuk dan bibit buah, sayur, dan bunga. Paling depan ada air mancur
yang dibiarkan terjatuh melewati tulisan PERTAMINA Cirebon Country Club STADION
BIMA. Cirebon kita tidak lagi panas seperti beberapa tahun lalu. Hampir setara
dengan Bandung suhunya, 23˚C. Dingin kala pagi, sejuk di siang hari.
uncak acara hardiknas, para penari topeng unjuk diri di tengah lapang. Menikmati hamparan
rumput-rumput halus. Kemudian aku ... Aku berdiri di samping kak Ali. Rahel
yang mengambil alih peranku di TKP. Ia yang lebih bisa menarik perhatian
pengunjung sekitar untuk turut serta memakai topeng pada acara puncak tersebut.
Kak Ali memegang tanganku erat. Seolah berjanji tidak akan ada lagi penghianatan
di antara kita. Semuanya mengalir, hembusan angin mengibaskan rambut-rambut
tipis di sekitar telinganya. Jika cinta itu perlu diungkapkan sekarang. Aku
ingin berkata, "menepilah
selamanya".
SERIBU TOPENG
Wajah baru nan ragu
Seolah hadir dalam mimpi malam kelabu
Apalah arti seribu
Jika kau hanya perlu satu
Nyatanya kau tetap menepi
Bersandar di pundakku dan meminta jangan pergi
Apakah arti seribu bagimu
Jika aku yang satu nampak seribu untukmu
Topeng - topeng mereka palsu
Hanya terbalut kain batik berpola itu
Wajah baru nan ragu
Seolah hadir dalam mimpi malam kelabu
Apalah arti seribu
Jika kau hanya perlu satu
Nyatanya kau tetap menepi
Bersandar di pundakku dan meminta jangan pergi
Apakah arti seribu bagimu
Jika aku yang satu nampak seribu untukmu
Topeng - topeng mereka palsu
Hanya terbalut kain batik berpola itu
Lihatlah
aku
Lupakan wanita di sekitarmu
Karena aku tak bertopeng seperti mereka-mereka itu.
Lupakan wanita di sekitarmu
Karena aku tak bertopeng seperti mereka-mereka itu.
Komentar
Posting Komentar